Lantunan lirih lagu Sykur dan dinginnya hutan pinus loji, ikut mengiringi prosesi pentahbisan punggawa anyar ARGADIWANPALA KE- 35. Masih terngiang tangis haru ke – 8 anak manusia yang berhasil dikalungi syal kuning tanda sudah sah menjadi saudara di dalam wadah ARGADIWANPALA.
Rangkaian perekrutan yang dimulai dari MPLS bulan Juli, berlanjut dengan Diklat ruang untuk menuju pelantikan Anggota Muda di akhir Agustus dengan puncaknya di 3- 4 Oktober. Menandai betapa panjangnya jalan yang harus ditempuh seorang punggawa untuk menyandang predikat sebagai bagian dari ARGADIWANAPALA.

Ditengah tengah tersebut juga terbesit sedikit cerita yang ikut menjadi bumbu yang sedap dari sebuah rangkaian Diklat ke -35. Yang tentunya menjadi sebuah evaluasi dan intropeksi untuk rangkaian perekrutan tahun tahun berikutnya.
Rangkaian panjang tersebut dilalui dengan maksud agar, seorang punggawa anyar benar benar siap untuk hidup dengan alam, bersahabat dengan alam, dan siap menerima tongkat estafet untuk menjaga nama besar ARGADIWANAPALA.
Mereka dibekali dengan ilmu organisasi,ilmu bertahan hidup di alam, ilmu membaca tanda arah dan jarak yang ada di alam, ilmu pendakian agar mereka tidak asal melakukan pendakian tanpa paham akan bahaya yang senantiasa mengintai mereka. Dan tentunya ilmu rendah hati terhadap ciptaan Yang Maha Kuasa.
Rangkaian panjang tersebut juga dimaksudkan agar benar benar diperoleh punggawa anyar yang berkualitas dan sudah tahan uji. Punggawa yang mampu membawa ARGADIWANAPALA menuju kejayaan dikancah pergaulan sesame komunitas Pecinta Alam.
Mungkin muncul pertanyaan, berarti dengan selesainya rangkain Diklat ke -35 ini berarti selesai juga proses belajar para punggawa anyar ini. Jawabannya adalah TIDAK. Rangkaian panjang Diklat hanya awal dari dimulainya babak lanjutan untuk meraih ilmu dalam tatanan yang lebih tinggi dari sebuah Kepecinta alaman.
Ibarat rumah, ilmu dari rangkaian Diklat hanya sebagai pondasi yang nantinya memperkuat struktur sebuah rumah. Seorang punggawa anyar wajib untuk menambah porsi ilmu, agar bangunan rumahnya lengkap dan dapat untuk dihuni secara layak serta nyaman. Tanpa keinginan dan rasa haus akan ilmu yang lebih tinggi, seorang punggawa tak akan pernah mencapai tataran yang lebih lanjut dan akan terlindas oleh kemajuan jaman.
Tentunya untuk mendapatkan hal ini, juga diperlukan para mentor yang juga siap membagikan ilmunya kepada para punggawa anyar tersebut. Jadi proses belajar akan terus berjalan serta tidak akan ada habisnya.





Akhir kata SELAMAT BERGABUNG ADIK ADIK ANGKATAN KE -35, kami gantungkan kejayaan ARGADIWANAPALA di pundak kalian.
Wasalam,
Sumirat CB ( ARG.III.0084 / Penjelajah )

